Dampak Inflation Reduction Act Terhadap Pasar Global
Kondisi pasar global saat ini sangat dinamis dan secara perlahan mulai memberikan perhatian yang lebih tinggi terhadap perkembangan energi terbarukan seiring dengan diterbitkannya Inflation Reduction Act oleh Amerika Serikat. Dampak dari adanya kebijakan tersebut diperkirakan akan positif bagi perkembangan industri. Meskipun demikian dari sisi geopolitik, kebijakan yang dikeluarkan Amerika Serikat dikhawatirkan dapat meningkatkan kompetisi geopolitik untuk mengendalikan teknologi energi bersih di masa depan.
Hidrogen adalah salah satu contohnya. Inflation Reduction Act yang diterbitkan Amerika Serikat menurunkan risiko pengembangan hydrogen. Akan tetapi pengembangan hydrogen untuk dapat masuk ke pasar komersial membutuhkan kerjasama antara pengusaha, investor, perusahaan energi yang sudah ada, pemangku kebijakan dan infrastruktur jaringan pipa. Keberadaan infrastruktur hydrogen menjadi sangat penting karena fasilitas tersebut yang nantinya membawa pasokan hydrogen ke “Jalanan”.
Untuk mendorong penerapan teknologi energi bersih diperlukan inovasi yang berkelanjutan. Ketika saat ini terdapat beberapa pilihan teknologi yang menarik namun pertanyaannya adalah apakah teknologi tersebut dapat diandalkan untuk menjaga kestabilan penyediaan, apakah bisa dibuat dengan harga yang kompetitif dan terjangkau. Pertanyaan pertanyaan inilah yang kemudian mendorong adanya inovasi terus -menerus.
Energi transisi yang saat ini sedang dijalankan sebagai bagian dari ideologi, manusia tetap membutuhkan sumber daya tradisional untuk beberapa tahun ke depan. Hal ini mendorong adanya transisi energi yang seimbang. Keseimbangan yang mencerminkan preservasi sumber daya energi tradisional seperti minyak dan gas alam. Transisi energi juga berarti tidak menghilangkan hak negara berkembang untuk maju dan keluar dari kemiskinan energi.
Inflation Reduction Act adalah salah satu driver untuk mendapatkan sumber pendanaan pelaksanaan transisi energi meskipun cenderung kering dan kurang menarik untuk menarik dana dari swasta melalui fasiliatas kredit. Dengan kenaikan suku bunga, kredit menjadi cara yang kurang terjangkau untuk mendanai proyek energi berskala besar . Ekuitas swasta dapat mengisi kesenjangan karena dapat membantu mengurangi risiko investasi teknologi hijau.
Formula Harga Batubara RI Berubah
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi mengubah formula penentuan Harga Batubara Acuan (HBA) yang tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 41.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang Pedoman Penetapan Harga Patokan Batubara. Revisi formula HBA ini akan menentukan HBA berdasarkan transaksi real time atau transaksi terkini yang didapatkan dari data e-PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). HBA itu disusun berdasarkan transaksi real sesuai dengan data e-PNBP.
Revisi formula HBA yang baru ini tidak akan berpengaruh pada besaran royalti. Formula HBA terbaru ini diatur adil untuk negara dan pengusaha batubara. Formula harga yang baru ini paling tidak menurunkan selisih/gap antara HBA yang kebanyakan batu bara di luar negeri yang kalori tinggi dan kita sudah tidak banyak lagi.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menyampaikan evaluasi formula HBA sendiri dilakukan karena mempertimbangkan permintaan dari para pelaku usaha. Pasalnya HBA yang diperoleh dari empat indeks yang digunakan pemerintah cukup memberatkan. Di mana masing-masing indeks bobotnya dipukul raya yakni 25%. Apa yang terjadi dengan lonjakan harga, menjadikan HBA tinggi dan harga jual rendah ini memberatkan industri karena royalti dibebankan HBA. Oktober 2022 itu puncaknya di atas US$ 300 per ton sekarang ini Januari hingga Maret hampir sama US$ 200 per ton.
Sementara itu, menurut Irwandy mengenai indeks yang baru akan memakai harga dua bulan sebelumnya dengan persentase yang berbeda beda. Misalnya, 70% harga bulan ini dan 30% di bulan ini atau sebaliknya. Kemudian presentasenya diambil dari EPNBP untuk dilihat berapa persentase yang terjadi kira kira begitu. Sehingga harga jual dengan HBA tidak terlalu jauh sehingga adil buat pemerintah dan adil buat perusahaan